Kamis, 16 Februari 2017

Kisahnya Viral! Sopir Taksi Ini Dulu Kena PHK karena Ahok, tapi Kini Pilih Ahok Lagi, Mengapa?

Media sosial memang wadah yang pas untuk menceritakan sesuatu.

Kisahnya Viral! Sopir Taksi Ini Dulu Kena PHK karena Ahok, tapi Kini Pilih Ahok Lagi, Mengapa?


Lewat media sosial, kamu bisa menemukan apapun itu.

Meski ada yang buruk, ada juga hal yang baik dibagikan melalui media sosial.

Misalnya kuliah hidup seseorang dibagikan melalui unggahan status media sosial seseorang.

Seperti kisah supir taksi yang diunggah oleh pemilik akun Facebook Priscilla Moningka berikut ini.

Ia saat itu mendapatkan cerita kuliah kehidupan dari supir taksi yang ia tumpangi.

Dulu, sang supir taksi ini memilih pasangan Jokowi-Ahok saat pemilihan Gubernur yang sebelumnya.

Ia ikut senang pilihannya menang, namun sayang setelah Jokowi menjadi Presiden, dan Ahok menggantikan menjadi Gubernur, ia kena PHK.

Namun, di pilkada tahun 2017 ini, ia kembali memilih Ahok.

Kenapa? Berikut ini cerita lengkapnya.

“Sore ini saya naik taxi. Supir taxi-nya berkisah. Bahwa di TPS 230 Cengkareng Ahok menang dengan suara beda yang cukup besar dari pasangan lainnya. Itu kisah biasa.
Yang luar biasa adalah ia berkisah bahwa, dulu saat Pilgub yang lalu, ia memilih Jokowi dan Ahok. Mereka menang. Ia senang. Tapi rasa senangnya tidak berlangsung lama. Ketika Ahok naik jadi Gubernur menggantikan Jokowi, ia kena PHK. Gara-gara Ahok.

style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ia melanjutkan, selama 12 tahun ia bekerja sebagai supir perusahaan distributor Minuman Keras. Perusahaan tempat ia bekerja terpaksa gulung tikar akibat kebijakan Ahok yang mempersempit gerak peredaran minuman keras. Sehingga banyak tempat-tempat yang biasa ia ‘drop-kan’ minuman tutup.

Ia kecewa dengan Ahok. Karena bebannya menghidupi keluarga dengan dua anak yang sedang bersekolah, menjadi sangat berat, tanpa pekerjaan. Apalagi ia sudah sempat membeli rumah dengan menyicil.

Tetapi, sekarang, ia mengaku menyoblos Ahok Djarot di Pilkada DKI. Saya bingung. Sekaligus penasaran. Kenapa?

Cara menghasilkan Rp 38 juta per hari dari internet
Setelah di PHK ia kemudian akhirnya bekerja menjadi supir taxi. Ia mengaku pendapatannya lebih baik dari perusahaan sebelumnya. Kesehatan ia dan keluarganya terjamin. Ia juga melihat hasil dan bukti dari kerja Ahok. Jalanan perumahan lebih bersih dan lebar, banjir jadi berkurang, Jakarta terlihat lebih bersih.

Dulu saat hujan, ia nyaris tidak bisa kemana-mana. Boro-boro narik taxi a.k.a nganter penumpang, untuk balik ke rumah atau ke pool taxi aja ia sulit. Gara-gara banjir dimana-mana. Sekarang ia merasakan perubahannya. Ia bisa narik saat hujan. Jalanan yang mulai berkurang titik dan durasi banjirnya membuat ia bisa leluasa mengantar penumpang. Malah pendapatannya jadi lebih besar kala hujan.

Saya bertanya. Kalau cuma itu alasannya, apa cukup membuatnya melupakan ‘dosa’ Ahok yang membuatnya dipecat dari pekerjaan.

Ia menjawab. Justru karena Pak Ahok ia kena PHK. Dan karena ia di PHK, ia mendapat pekerjaan sebagai supir taxi. Benar waktu awal ia kecewa, tetapi sekarang ia percaya, Pak Ahok membuatnya ‘terlepas dari rasa bersalah’ menjadi supir mobil distributor Minuman Keras yang sebenarnya bertentangan dengan hati nuraninya. Pak Ahok –menurut ia– telah membebaskannya dari ‘dosa’.

Dan katanya, kita sih ga lihat agamanya. Buktinya Pak Ahok membuat saya merasa demikian. Saya orang kecil, ga ikut politik-politikan. Yang saya lihat ada hasil kerjanya, itu yang saya pilih. Makanya tadi saya pilih Pak Ahok lagi. Saya mau kasih Pak Ahok kesempatan bekerja. Ngapain saya kasih ke orang yang saya ga tau kerjanya kayak apa.
Saya terdiam. Sejenak. Lalu jadi berapi-api. Memuji pandangannya. Mengagumi pemahamannya. Lalu sebelum turun berkata : “Bapak jauh lebih hebat dibandingkan dengan orang-orang besar yang merasa dirinya pintar.”

Saya tiba. Argo taxi menunjuk angka 92 ribu. Saya membayar lebih. Lalu turun. Ia mungkin kaget. Tapi saya merasa perlu ‘membayar’ untuk ‘kuliah’ 20 menit tentang ‘bagaimana melihat secercah terang di dalam gulita pergulatan hidup’. Bahwa seharusnya kita tidak mudah menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi pada diri kita. Bisa jadi, itu justru titik balik hidup kita.

sumber : http://postshare.co.id/archives/65106